Sabtu, 20 Agustus 2011

Si Kecil dan Alam Semesta

Sebuah pelajaran tentang Rububiyah Allah.

Belajar dari tanah,sebagaimana dia menimbulkan dan menerima. Belajar dari kesabarannya, menerima apapun, namun menumbuhkan apa yang baik dengan izin Allah ta'ala "Sungguh dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian siang dan malam terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal"
(Ali Imran:190)

Diantara sasaran tarbiyah (pendidikan) dan ta'lim (Pengajaran) ialah membentuk pribadi yang memiliki sifat luhur, yaitu pribadi yang senantiasa merasa wajib terkait dengan Rabb-nya. Menyandarkan tata aturan kehidupan kepada-Nya. Bekerja dalam rangka meluruskan masyarakat. Dan membetulkan pemahaman mereka berdasarkan landasa-landasan yang benar. Inilah misi dan tujuan seorang guru ketika men-tarbiyah dan mengajar masyarakat. Untuk menjadi guru di salah satu ruang sekolah peradaban, di rumahnya. .....
Perpindahan satu fase kehidupan dari alam ruh ke alam rahim kemudian ke dunia. maha benar Allah ta'ala saat manusia diperintahkan menghormati ibunya. "Ibumu mengandungmu sembilan bulan dengan kepayahan yang bertambah-tambah". Dielus perut buncitnya, kemudian dibiarkan semua letih berseteru membentuk pegal yang menyemut di kakinya. Allah ta'ala akan memberikan pahala padamu, wahai perempuan. Surga! dan kau mudah meraihnya dengan kesabaran. Sebagai istri terlebih sebagai ibu. Janin yang bergerak-gerak menyambut fitrahnya saat ruh ditiupkan padanya sejak empat bulan yang lalu, perjanjian dengan Allah ta'ala "Dan ingatlah ketika Rabb-mu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), "Bukankah Aku ini Rabb-mu? mereka menjawab, "betul (Engkau Rabb kami), kami menjadi saksi"...(al-A'raaf:172)

Satu dari sekian banyak generasi baru yang Allah ciptakan, dari seorang ibu untuk memenuhi perannya yang lain, Berbakti pada makhluk (suami) yang dipasangkan untuknya oleh sang Khalik dalam satu fase kehidupan di bumi. Penghormatan yang layak diberikan pada seorang makhluk yang diciptakan oleh Rabb-nya untuk mennjadi perhiasan terbaik. Keteguhannya menjadikan semai cinta makin menjadi. Cinta karena Allah azza wa Jalla.

Waktu bernama malam telah menyapa. Mungkin kau gelap disana, sayang. Tapi kegelapan itu menempatkanmu pada fitrah yang agung, nafas perempuan itu naik turun teratur. Efek Psikologis dari sebuah keadaaan bernama, bahagia. Sang calon bayi menyambutnya, menandak-nandak seolah mengatakan, "Aku dengar, ummi! Aku dengar".

"Nak, kelak kau akan melihat langit yang luas, bintang-bintang dan rembulan di alam hari dan matahari di siangnya." Bisik permpuan itu lagi. "Kau akan belajar sayang, dari semuanya. Sebab Allah ta'ala menyuruh kita begitu. kau akan belajar bagaimana matahari yang ikhlas memancarkan sinarnya. Istiqamah menjalankan tugasnya, bahkan saat malam, bulan meminjam sinarnya untuk menerangi langit".

"kau kuharap juga menjadi bintang, sayang. Yang memiliki cahayanya sendiri meski ia nampak kecil di mata manusia. Namun dia Bintang, bukan bulan yang meminjam cahaya matahari. Sesuatu yang memiliki cahaya senndiri akan tetap ada dan 'hidup' meski tak selalu nampak besar"

"Namun kau tak boleh cukup menjadi yang sendiri. Sebab, kau akan terjebak keangkuhan dan tak cukup memberi arti"

" Nah...lihat nak! itu rasi bintang. Kelak ummi akan tunjukkan padamu. Banyak macam namanya. Gugusan bintang itu memberi pedoman pada makhluk di bumi. Pada nelayan, pada petani, pada pelaut. Manusia tidak bisa sendirian mengubah dunia, sayang. Dia harus menjadi bintang-bintang yang membentuk rasi, manusia harus bergandengan tangan dengan orang lain, agar cahayanya, kelebihan dan kekurangannya berpadu saling mengisi sehingga makhluk dibumi akan mengambil manfaat dan menjadikan mereka pemandu. Yang kau bersaksi bahwa tiada Illah yang berhak diibadahi selain Allah. Perempuan itu mengelus perutnya, kali ini dia tak hanya berbisik, namun ia menuliskan semua gumamnya. Pena dan kertas sebagai teman sejarah.

Bersyukurlah! karena Allah masih memelihara sekolah peradaban bagi manusia, alam semesta. Dan rumah kita sebagai salah satu kelasnya. Tangan-tangan mungil itu memainkan sekop kecil. Tertawa-tawa kecil mengeluarkan gumam-gumam khas bocah. Perempuan disampingnya tersenyum. Biarkan saja berlumur tanah sebab dari itu dia tercipta. Biarkan saja tangan-tangan kecil itu meraba, merasakan setiap tekstur tanah dan semua alat peraga alami yang tampak didepan matanya.


Indra diciptakan untuk merasa, melihat, mencium, mendengar, mengecap, Alam semesta adalah sekolah kita. Biarkan dia mengerti bahwa tubuhnya adalah pelajaran tak terperi. Suatu hari dia akan merasa dirinya adalah bentukan terbaik.


Mulailah percakapan dua generasi itu, memulai pelajaran hari ini, tentang KEHIDUPAN "Mengapa ummi mengubur biji itu dengan tanah?" gadis kecil bertanya. Hmmmm... kosakatanya yang kaya hasil dari kecerewetan perempuan disampingnya. "ha..ha.. ini me-na-nam, sayang, bukan mengubur", "Me-na-nam? untuk apa?" "Agar dia tumbuh" "Tapi biji itu tertutup tanah ummmmiiii" " Iyaa naak.. tapi dia hidup..? Gadis 3 tahun itu!? kuperkenalkan kau pada penciptamu. Bertanyalah sayang sebab kau telah kubiasakan sejak kau janin. "Hiiiduup? dengan apa ummi" "dengan air yang kita siramkan tadi, dengaaan pupuuuk, dengan udara"..."kau tau sayang? dahulu kamupun di-ta-nam begini" perempuan itu membentuk mimik selucu mungkin, emmmh Gemmmes aku. " Ha.ha..ha..." gadis kecil itu tergelak. " Akuuu, ummmmiiii? he.he..di-mannnna?" "Hmmm...di-sinn-nni" perempuan itu menunjuk perutnya. Gadis itu bengong melongo keheranan. Mungkin batinnya sedang menerka bagaimana mungkin dia yang sebesar ini. Di-ta-nam diperut ibunya??? "Ummmi aaaaah! nggaak mungkin, nggaak cukup kaan!?" "Kau dulu sebesar benih ini sayang" dijumputnya biji bunga matahari" "kau di tanam Allah diperut ummii" "Allah? yang setiap hari kita berdoa pada-Nya" permpuan itu mengangguk. Ooh..ananda, Benarlah kau lupa bahwa kau pernah bersaksi bahwa Dia yang telah menciptakanmu. Kau harus tetap ingat dengan perjanjian agung itu. Aku miris dengan sebayamu yang mungkin tak pernah lagi dikenalkan pada Allah azza wa jalla saat dia lahir kedunia, "Setiap anak lahir dalam keadaan suci (fitrahnya), orang tuanya lah yang menjadikan dia Yahudi, Nasrani, atau Majusi". "Hiiiii...pasti gelap ya! ummmmi?" "I-iiyya yaa (terhenjak dari lamunanya), tapi kau tetap hidup, kan sayang? menjadi anak ummi yang pandai" perempuan itu memandang penuh cinta. "i..iya..ya. ko bisa ya umii?" gadis itu mengikut ibunya, mengangguk-angguk sambil mengaduk-aduk tanah, menyemai benih-benih bunga, Tangan kecilnya bergerak semampu dia bisa. "karena Allah mencintaimu saying, dia memberimu makanan melalui umi, dia menitipkanmu pada ummi dan abi untuk merawatmu" "Yaay..ya! seperti kita memberi pupuk dan air pada benih ini" "Anak pintar!" "Iya, sayang! menjadi bunga yang cantik. Kau akan senang melihatnya kelak, seperti juga ummi senang melhatmu tumbuh" "Mmmm..." sang gadis kecil mencoba untuk mengerti. "Kau akan senang melihat benih itu tumbuh perlahan-lahan setiap hari. karena kau merawatnya dengan baik, Allah menitipkannya pada kita" "Tapi Allah tidak menyiraminya, kan ummmi?" Oh,gadisku aku harus menjawab apa lagi? "Hmm..memang, tapi Allah yang memberi kehidupan untuk benih itu, untukmu, untuk umi dan untuk semua yang ada di alam" "Ummi..akan merawatku juga kan? seperti kita merawat bunga ini, iya kan ummi?" "Perempuan itu mengangguk sambil meneteskan air matanya teringat masa kecil anak-anak orang tua lain yang tidak memberi perawatan yang baik, dibasuh tangannnya, dibimbingnya gadis kecil itu membersihkan dirinya. Cukup untuk hari ini, sayang. Pelajaran kita tentang kehidupan. Kelak kau akan semakin tahu banyak hal. Ini hanya permulaan. Perempuan itu...semoga aku ! setahun, dua tahun, tiga tahun atau beberapa tahun lagi jika Allah ta'ala menghendakiku dan memandangku pantas untuk menjadi salah satu pendidik di sekolah peradaban-Nya, alam semesta, disalah satu ruang kelasnya, rumah tanggaku! dimana setiap sudutnya adalah serpihan-serpihan ilmu dan hamparan pengetahuan untuk mencintai-Nya, dimana akan kukenalkan generasi-generasi dari rahimku tentang mencintai Rabbnya, dimana sekolah peradaban itu...lulusannya tidak sekedar mendapat selembar kertas, bertuliskan LULUS!. Sebab alam semesta menjanjikan proses belajar yang tak henti. Selamat datang di sekolah peradaban kita, Alam semesta. Langit dan bumi yang hanya orang-orang yang berakal yang dapat mengambil pelajaran.


"Katakanlah! siapakah yang memberi kalian rezki dari langit dan bumi? Atau siapakah yang menguasai pendengaran dan penglihatan? Dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan yang mengatur segala urusan? maka mereka menjawab "ALLAH"..." (Quran surat Yunus:31).

1 komentar:

kafee cinta mengatakan...

This is a very good article .. Thank you .. have a great day!.! happy blogging ...